Haaii~~~ ^^
setelah lama gak muncul karena jadwal sekolah yang padat/? akhirnya aku muncul lagi, kini dengan membawa sebuah cerpen yang aku tulis sendiri :) (menurutku sih bukan cerpen, tapi cerita panjang, lumayan panjang soalnya hehee)
Awalnya sih karena ada tugas disuruh MENCARI cerpen dari media cetak/internet. Aku merasa cerpen yang aku dapatkan dari media cetak kurang memuaskan. Guru B.Indonesiaku menceritakan bahwa anak kelas lain membuat Cerpen yang bagus dan lucu. Dan entah kenapa, aku langsung jadi ingin membuat Cerpen yang bisa mengalahkan Cerpen temanku (singkatnya mau tunjukkin ke temen - temen kalo aku juga bisa :v) dan inilah hasilnya! Inspirasi langsung meluncur begitu saja pas aku hadepin laptop dan diem aja. Dan ini adalah hasilnyaa~~ teretetetteteeett!!!
*NB :
!! Cerpen ini gak ada cerita cinta-nya anak remaja, kok. Lebih menuju ke keluarga :)
!! Maaf jika ada kesamaan nama, saya tak bermaksud mengejek.
"Kasih Tanpa Bayaran"

Di pagi hari yang cerah, Donny Ahmad Putra bersalaman dengan
Ayahnya, Heru untuk berangkat ke sekolah.
“Ayah, aku ke sekolah dulu.” Ujar Donny kepada Heru di ambang pintu kamar Heru.
Heru sedang merias diri untuk bekerja.
“Oh iya.. Hati – Hati ya Don! Jangan nakal – nakal di
sekolah. Ayah menyayangimu.” Ujar Heru sambil melihat Putra semata wayangnya
itu dari cerminnya.
Donny-pun berangkat ke sekolahnya. Walaupun cuacanya cerah, tapi tidak dengan
suasana hati Donny. Ia merasa malu. Ia malu dengan keadaan hidupnya. Pekerjaan
yang ditekuni oleh Ayahnya sejak dulu, bahkan sejak ia belum lahir. Dan juga
ibunya telah pergi ke luar kota untuk bekerja. Tapi sampai sekarang belum
pernah pulang. Bahkan menurut Donny, Ibunya tak akan pernah kunjung datang
kembali. Ia iri dengan teman – temannya. Mereka mempunyai
keluarga yang mengasihi mereka dengan segenap hatinya, keluarga yang lengkap,
pekerjaan yang keren tidak seperti pekerjaan Ayahnya. Tapi Donny masih merasa
sedikit bersyukur karena belum ada temannya yang mengetahui pekerjaan Ayahnya.
Ia sudah sampai di sekolahnya. Ia segera masuk kelas 11-A dengan lunglai,
memulai harinya tanpa semangat.
Di lain tempat, Heru mengayuh sepeda ontelnya yang sudah usang, sudah
bersamanya selama kurang lebih 20 tahun. Ia mengayuh sepedanya sejauh 2km untuk
menuju ke Pasar tempatnya bekerja. Di perjalanannya menuju ke Pasar, banyak
orang yang melihatnya. Terutama pakaian yang ia kenakan dan riasan wajahnya.
Tapi ia tak merasa risih. Ia melakukannya demi kelangsungan hidupnya. Untuk apa
ia merasa malu dan mengurungkan niatnya untuk ke pasar? Daripada tidak bisa
melanjutkan hidup, lebih baik seperti ini.
Sesampainya di pasar, ia memarkir sepedanya di tempat kosong, dan mengeluarkan
perabotan yang diperlukan untuk pekerjaannya. Memakai rambut palsu keriting
berwarna merah di kepalanya, memasang bulatan merah di hidungnya. Dan juga ada
sesuatu di balik baju kendurnya sehingga ia terlihat gendut. Ia adalah seorang
badut.
Heru bertingkah seperti orang bodoh. Ia memulai aksinya dengan menaruh beberapa
kantong plastik.
“Yang mau lihat saya, ambil kantong plastik dulu. Nanti bisa muntah kalau mau
lihat saya. Hehee.” Katanya sambil senyum dan agak menggerak – gerakan
tubuhnya.
Orang yang awalnya melihatnya, tertarik dan tertawa. Dan menunggu aksi dari
Heru selanjutnya.
“Amerika ini memang negara yang maju, ya. Masa’ anak masih umur 4 tahun aja
udah bisa ngomong Inggris.. Udah gitu, orang – orang
disana tinggi – tinggi, banyak yang jadi pemain
basket, kayak Michael Jordan.. Saya juga mau ah jadi kayak Michael Jordan. Saya
harus latihan main basket dulu.” Lalu Heru mengambil bola basket yang ia pinjam
dari anak tetangganya. Ia memantulkannya dengan keras sehingga pantulan yang
tinggi itu memukul wajahnya. Ia menengadahkan wajahnya ke atas dan mengelus – elus
bulatan merah di hidungnya itu. Membuat orang – orang yang
melihatnya tertawa.
“Kemarin saya nonton di rumah tetangga saya, itu ada iklan minuman isosonik
katanya.. Eh Isotonik merknya Maijon, itu orang kok bisa miring kayak gitu, ya?
Saya juga mau bisa kayak gitu. Orang lain aja bisa, Saya juga harus bisa.” Lalu
ia merapatkan kakinya dan memiringkan tubuhnya ke sebelah kiri. Lalu ia
terjatuh.
Orang – orang yang melihatnya tertawa.
Lalu Heru segera bangkit dan membenahi rambut palsunya yang acak – acakan dan
baju polkadot warna warni-nya.
Tak terasa, ia telah melakukan banyak aksinya sampai jam 12 siang. Heru
membereskan perabotannya. Ia ingat, hari ini Donny pulang jam 12 karena guru – guru di
sekolahnya akan rapat. Ia berniat membuatkan anaknya secangkir teh hangat,
Karena ia berfikir pasti anaknya lelah. Lalu ia membeli teh celup 2 bungkus.
Saat Heru memasukkan uang kembalian ke kantung bajunya, ia melihat anaknya
berjalan bersama seorang temannya dari kejauhan. Anaknya menatap wajahnya. Heru
senang dan melambai – lambaikan tangannya sambil
berteriak.
“Donny!!”
Banyak orang yang mendengar teriakan Heru langsung melihat ke arah dimana Heru
melambaikan tangannya. Sontak Donny kaget. Ia ada ke pasar bersama temannya
karena Donny dan temannya, Adi hanya ingin membeli telur asin untuk dijadikan
cemilan. Adi-pun kaget dan melihat ke arah Donny.
Donny memalingkan tatapan wajahnya. Heru yang awalnya merasa senang melihat ada
anaknya, tiba – tiba ekspresinya berubah menjadi
sedih. Ia tak mengerti ada apa dengan anaknya. Lalu Heru hanya langsung menuju
sepeda ontelnya dan mengayuhnya menuju rumahnya.
“Eh Don.. tu orang siapanya lo? Kok pake baju gituan, pake rambut palsu kayak
badut aja. Kok keliatannya seneng banget pas ngeliat lo? Apa jangan – jangan dia
Bokap lo?” Tanya Adi.
“Hah? Ya nggak, lah! Mana mungkin gue punya Bokap yang ga tahu malu kek gitu,
Kayak boneka jalan aja dandanannya. Kalaupun iya, gue pasti udah menjauh dari
orang gituan, lah!” Ucap Donny dengan agak gugup sedikit namun kata – kata yang
diucapkannya meyakinkan.
“Beneran? Yaudah deh, gak usah diurus. Yok cabut! Lagipula pasarnya udah mau
tutup, telor asinnya pasti udah pada abis.” Ajak Adi sambil mengeluarkan kunci
motornya.
Sesampainya di rumah, Adi memberhentikan motornya didepan rumah Donny.
“Thanks ya, Di!” Ujar Donny.
“Oke jeh! “ Jawab Adi.
Donny membuka pintu rumahnya. Adi masih memperhatikannya. Lalu ada sesosok yang
memakai baju polkadot warna – warni menyambut Donny. Lalu
Donny langsung menyuruh orang itu masuk dan menutup pintu dengan cepat. Adi
curiga, apa jangan – jangan dia adalah Ayah dari
Donny atau bukan? Lalu ia hanya meninggalkan tempat tersebut dengan tanda tanya
besar.
“Donny, Ayah buatkan..”
Belum selesai bicara, Donny sudah menuju kamar tidurnya dan membanting pintu
kamarnya dengan keras. Heru yang awalnya ingin menyambut anaknya dan membuatkan
teh untuknya-pun, tidak tahu harus berbuat apa.
Donny menaruh tas sekolahnya di kasur, dan membanting tubuhnya di kasurnya,
menghela nafas panjang, dan membuangnya lewat mulutnya, lalu menutup matanya.
Ia tak mengerti. Mengapa ia harus lahir di keluarga yang seperti ini? Bayangan
wajah Ibu saja sudah samar – samar teringat di pikiran
Donny. Sedangkan Ayah sendiri? Telah membuat dirinya malu dengan pekerjaannya.
Apakah tidak ada pekerjaan yang lain? Lalu Donny menghela nafas panjang dan
dalam, dan membuangnya lewat mulut dengan gelisah.
Donny bergegas mengganti bajunya. Ia ingin menggoreng telur karena perutnya
sudah berteriak dan terasa menerkam organ tubuhnya yang lain. Setelah berganti
baju, ia keluar dan melihat Ayahnya sudah berganti baju biasa dengan teh di
meja dan sepiring telur dengan nasi.
Dengan malas, Donny duduk di tempat duduk yang ada dan
mengambil sendok, lalu memakan telur itu.
“Kamu pasti lelah, ya? Ini sudah Ayah buatkan telur dan teh untukmu. Telurnya
tinggal satu, Nasinya tinggal sedikit. Maaf nasinya agak keras. Lagipula Ayah
juga tidak lapar, kok. Makanlah.”
Donny hanya melanjutkan makannya dan meminum teh.
“Kamu tadi di sekolah bagaimana?” Tanya Heru.
Donny tak menjawab. Ia tetap melanjutkan makan.
“Tadi Ayah menyapamu, tapi tak kau hiraukan sapaan Ayah. Ada apa?”
Donny tetap tak menjawab. Ia mengambil nasi dengan sendok dan memotong telur
memakai sendok dengan keras sehingga menimbulkan suara yang keras pula.
“Don..” Belum selesai Heru bicara, Donny langsung membanting sendok.
“KARENA AKU MALU! AKU MALU MEMPUNYAI AYAH SEORANG YANG BERTINGKAH BODOH DIDEPAN
ORANG LAIN!” Teriak Donny membentak kepada Ayahnya.
Heru terbelalak. Tak bisa berkata apa – apa.
“Aku lelah, Yah! Apakah Ayah tidak bisa menekuni pekerjaan lain? Dandanan Ayah
yang sangat memalukan, perbuatan bodoh Ayah yang sangat memalukan! KAU ADALAH
MIMPI TERBURUKKU!!” Lalu Donny masuk ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya.
Heru sangat kaget. Ia tak mampu mengatakan apa – apa. Air
matanya menetes. Ia tak ingin membuat anaknya kecewa dengannya. Heru merasa
bersalah pada anaknya. Ia menjadi ingat kenangan –
kenangannya bersama Donny saat Donny masih kecil.
“Don, kalau
besar kamu mau jadi apa?”
“Aku.. Ingin menjadi pemain basket
handa!! Seperti Michael Jordan yang ada di tv itu pa!!” Kata Donny sambil
menunjuk TV yang menayangkan tayangan Michael Jordan dengan tulisan Michael
Jordan di sana.
“Michael.. Jordan?”
“Michael Jordan, Yah. Ngomongnya Maykel Jordan!”
“Oh.. Hahaha.. Maafkan Ayah, Ayah terlalu ndeso.”
“Ah Ayah jangan begitu ah! Hahahaa.”
Donny menangis sebisanya. Ia sangat malu. Bagaimana jika Adi curiga dan yakin
bahwa Badut itu adalah Ayahnya dan memberitahukan kepada seluruh seisi sekolah?
Apakah ia akan dijauhi oleh semua orang di sekolahnya? Ia tak tahu. Donny-pun
tertidur.
Esoknya, Donny langsung pergi ke sekolahnya tanpa ijin kepada Ayahnya. Saat di
kelasnya, Banyak yang bergerombol membaca sesuatu. Donny berjalan menuju
bangkunya dan sedikit membanting tas-nya di bangkunya. Teman – temannya
yang mendengar suara bantingan tas itupun melihat ke arah suara berasal. Dan
mulai membisikkan sesuatu satu sama lain. Donny bingung.
“Ada apa?” Tanyanya.
“Ehem.. Lu.. baca sendiri deh. Ada yang aneh kagak?” Ucap Irfan sambil memberi
koran yang halaman utamanya berisikan suatu artikel yang tertulis ; “KECELAKAAN
MAUT MALAM HARI.” Dan tertera gambar mobil hitam yang sudah rusak parah. Ia
membaca isi artikel koran tersebut.
“Kecelakaan
Maut terjadi pada Selasa malam, 13 Mei 2014 di jalan Teh Poci, Yaburasa,
kemarin malam. Kejadian terjadi diperkirakan sekitar jam 23.40 malam. Pada saat
itu, jalanan sudah sangat sepi. Korban diketahui bernama Bobby (44) dan Lisa
(41) Hasil otopsi mengatakan bahwa Bobby yang menjadi penyetir dan Lisa yang
duduk disampingnya ini mengendarai mobil dengan mabuk berat. Konsentrasi
penyetir mobil-pun hilang dan kecepatan serta alur mobil pun tak terkendali
sehingga menabrak tiang listrik dan sempat terbakar. Seseorang pengendara motor
yang lewatpun segera menelepon polisi dan pemadam kebakaran. Setelah api
dipadamkan, Polisi menemukan dompet Lisa yang berisi uang 100 ribu-an dan foto
3 orang, Perempuan, laki – laki, dan bayi
laki – laki.
Perempuan di foto tersebut, tertulis ; “Kelahiran anakku Donny Ahmad Putra, 3
April 1992.” Perempuan di foto tersebut diduga adalah Lisa, Dan lelaki yang ada
di foto tersebut diduga bukan Bobby, melainkan suami Lisa. Dan di dompet Lisa,
ditemukan kartu tempat bar bernama Rose Bar dimana tempat itu ternyata adalah
tempat kerja Lisa. Baca selanjutnya di halaman 9.”
Donny terbelalak.
Donny Ahmad Putra adalah nama lengkapnya, dan ia lahir pada 3 April 1992.
“Dia.. Ehm... Apa.. Nyokap lo?” Tanya Irfan pada Donny.
Donny tak mengatakan apapun. Ia langsung mengambil tas-nya dan langsung pulang
tanpa izin, meninggalkan teman –
temannya yang heran dan tak percaya.
Donny memasuki rumahnya dan duduk di ruang tamu.
“Lho, Don? Kok nggak sekolah?” Tanya Heru yang sedang duduk – duduk di ruang tamu.
Donny diam saja, lalu berbicara.
“Ayah.. Tidak mendengar beritanya? Kecelakaan maut kemarin malam..” Ujar Donny.
Heru diam sejenak, menghela nafas panjang dan membuangnya.
“Ya, Ayah dengar.”
“Apakah.. Korban wanita itu.. Adalah.. Ibu?”
Heru diam tak membalas.
“Katakan padaku Ya atau Tidak.” Ujar Donny menahan amarah.
“Sebenarnya.. Ya.”
“Cih...” Ujar Donny muak.
“Aku tak percaya.. Aku sudah menduga bahwa Ibu tak akan pernah pulang. Aku tak
tahu pekerjaan apa yang ia lakoni. Nyatanya, ia bekerja di sebuah bar malam.”
Heru tak menjawab.
“Aku sudah muak. Ternyata Orang tua-ku sendiri adalah Mimpi burukku. Aku benci
kau dan juga.. Lisa.” Ujar Donny sambil meninggalkan rumah.
Heru meneteskan air mata. Ia juga tidak percaya jika Lisa melakoni pekerjaan
seperti itu.
Donny berjalan ke sebuah sawah, melihat para pekerja yang sedang bekerja. Ia
berjalan –
jalan, lalu menemukan sebuah gubuk kecil yang kosong. Ia beristirahat disana.
Lalu tanpa sadar ia tertidur.
Donny terbangun, ia berada di suatu jalan pada malam hari, tidak ada siapapun.
Tiba – tiba terdengar
suatu suara mesin mobil yang keras, melaju dengan sangat cepat. Lalu tiba – tiba mobil itu melenceng dan menabrak tiang listrik yang
jaraknya tidak jauh dari tempat dimana Donny berdiri. Tidak lama, mobil itu
terbakar. Donny kaget. Lalu Ia melihat pengendara motor yang lewat melihat
kejadian tersebut dan menelepon polisi dan pemadam kebakaran dengan paniknya.
Setelah polisi dan pemadam kabakaran hadir, lalu api berhasil dipadamkan. Donny
berjalan menuju mobil tersebut. Para polisi dan pemadam kebakaran
mengizinkannya melihat. Ia melihat dompet coklat tua yang digenggam oleh korban
perempuan. Donny mengambil sapu tangan dari polisi dan mengambil dompet
tersebut. Dompet tersebut tertuliskan ; “Kelahiran
anakku Donny Ahmad Putra, 3 April 1992.” Donny kaget dan terbelalak. Lalu
secara tiba –
tiba, ia ada di rumahnya dan ia mendengar suatu tangisan. Suara yang familiar
baginya. Ia berjalan menuju arah suara berasal. Ia melihat Ayahnya menulis
sebuah surat dengan tangisan. Tak lama kemudian, tangannya bergetar, dan
kepalanya jatuh di meja, dan tak bergerak lagi. Donny kaget lalu berlari menuju
Ayahnya. Tapi entah mengapa, Jarak antara Donny dan Ayahnya menjadi semakin
menjauh. Donny hanya menangis dan
berhenti mengejar Ayahnya.
Donny terbangun dengan
peluh keringat dan ia menangis. Ternyata hanya mimpi. Matahari sudah hampir tak
menunjukkan dirinya. Buru –
buru disekanya tangisan dan keringatnya. Firasatnya tidak enak. Ia lalu berlari
menuju rumahnya.
Ia berlari, dan mendengar suara motor melewatinya.
“HEI DASAR ANAK BADUT PELACUR!!” Ternyata itu adalah Adi dan Irfan yang meniki
motor, lalu mereka tertawa setelah mengatakan itu. Tapi Donny tak menghiraukan
ejekan mereka. Ia hanya terfokus dengan keadaan Ayahnya.
Sesampainya Donny di
rumah, ia tak mendengar suara tangisan. Ia mulai merasa tenang. Dipanggilnya
Ayahnya.
“Ayah?”
Tak ada jawaban.
“Ayah?!” Donny mulai panik.
Masih tidak ada jawaban. Donny langsung berlari ke kamar tidur Ayahnya.
Dilihatnya Ayahnya tertidur di meja tulis. Dengan perlahan, Donny menggoyangkan
tubuh Ayahnya. Sama sekali tak bergerak. Air mata Donny mulai mengalir.
“Ayah? Jawab aku..” Air mata Donny-pun menetes.
“AYAH!!!!!!!!!” Donny melihat ada sepucuk surat. Ia mengambil dengan perlahan
lalu membacanya.
“Don, Ayah senang melihatmu tumbuh
menjadi anak yang kuat, pintar dan tangguh. Ayah sangat menyayangimu. Sejak
Ayah menikah dengan Ibumu, Ayah mulai bekerja dengan giat. Awalnya, Ayah
menjadi pembuat Sandal. Tapi Ayah rugi. Lalu Ayah mulai mencoba menjadi
seseorang yang mempermalukan dirinya sendiri demi tawaan orang lain,
mempermalukan dirinya sendiri demi uang, mempermalukan diri sendiri demi
kelangsungan hidup. Saat kamu lahir, Ayah senang bukan kepalang. Ayah yang
memberikanmu nama Donny Ahmad Putra. Saat kamu sekolah di TK, Ibumu memutuskan
untuk keluar kota untuk bekerja. Dan sampai sekarang, tak memberi kabar apapun.
Sampai akhirnya Ayah tahu apa yang terjadi dengan Ibumu. Ayah sangat merasa
bersalah. Sudah lama Ayah merasa sakit. Tapi selalu rasa sakit Ayah hilang saat
melihat senyumanmu. Awalnya Ayah ingin mencoba berobat. Tapi Ayah urungkan niat
itu. Ayah menabung untukmu. Jadilah pemain basket handal, yang lebih handal
dari Michael Jordan itu. Dan buktikan pada teman – temanmu kalau latar belakang
kehidupan tidak masalah, Karena kegagalan bukanlah sebuah pilihan. Semua orang
berhak untuk sukses. Sekarang, Ayah dan Ibu tak akan menjadi mimpi burukmu
lagi. Karena Ayah dan Ibu tak ada di hadapanmu lagi sekarang. Jadilah anak yang
baik. Maafkan Ayah karena tak bisa hadir dalam acara pernikahanmu saat kau
sudah besar nanti. Maafkan Ayah karena kau tidak bisa memperkenalkan Calon Istrimu
pada Ayah nanti. Ayah sudah menabung untukmu. Carilah pekerjaan untukmu.
Maafkan Ayah jika tabungan dari Ayah sama sekali kurang. Terimakasih karena
telah menunjukkan senyummu kepada Ayah. Terimakasih karena telah menunjukkan
canda tawamu pada Ayah. Dan terimakasih karena telah memberikan kebahagiaan
pada Ayah. Ayah mencintaimu.
Donny menangis. Di sebelah surat
tersebut, ada sebuah kaleng biskuit yang lumayan besar. Ia membukanya. Isiya
adalah uang recehan. Ia menangis. Dan ia memeluk Ayahnya.
Beberapa hari telah berlalu. Dokter berkata bahwa Ayahnya menderita Kanker Otak
Stadium 4. Kondisinya sudah sangat
parah. Tapi masih memaksakan untuk mengayuh sepeda sejauh 2km. Sehingga
tubuhnya melemah dan akhirnya hidupnya berakhir. Tak terlalu banyak orang yang
menghadiri makam Ayahnya. Hanya ada Donny, tetangga – tetangganya, dan penjual – penjual yang ada di Pasar. Setelah semua orang pergi,
Tinggallah Donny sendirian.
Donny merenung melihat Batu Nisan Ayahnya dan mengelusnya.
“Ayah.. Terimakasih,
Yah. Maafkan aku selalu bertindak kurang ajar teradap Ayah. Maaf jika aku tak
pernah membuat Ayah bangga. Maaf kalau aku seperti bagaikan menjadi beban bagi
Ayah. Aku janji, akan menjadi Pemain basket yang lebih handal dari Michael
Jordan. Dan aku janji. Terimakasih, Ayah.” Lalu Donny meninggalkan makam
Ayahnya, dan memulai hidup yang baru.
***
Selesaaii~~~menurut kalian, gimana? Kasih saran, yah^^ Thanks for reading! God Bless You ;)