Kamis, 05 Juni 2014

Cerpen Cerita Pendek "Kasih Tanpa Bayaran"

Haaii~~~ ^^
setelah lama gak muncul karena jadwal sekolah yang padat/? akhirnya aku muncul lagi, kini dengan membawa sebuah cerpen yang aku tulis sendiri :) (menurutku sih bukan cerpen, tapi cerita panjang, lumayan panjang soalnya hehee)
Awalnya sih karena ada tugas disuruh MENCARI cerpen dari media cetak/internet. Aku merasa cerpen yang aku dapatkan dari media cetak kurang memuaskan. Guru B.Indonesiaku menceritakan bahwa anak kelas lain membuat Cerpen yang bagus dan lucu. Dan entah kenapa, aku langsung jadi ingin membuat Cerpen yang bisa mengalahkan Cerpen temanku (singkatnya mau tunjukkin ke temen - temen kalo aku juga bisa :v) dan inilah hasilnya! Inspirasi langsung meluncur begitu saja pas aku hadepin laptop dan diem aja. Dan ini adalah hasilnyaa~~ teretetetteteeett!!!

*NB :
!! Cerpen ini gak ada cerita cinta-nya anak remaja, kok. Lebih menuju ke keluarga :)
!! Maaf jika ada kesamaan nama, saya tak bermaksud mengejek.

"Kasih Tanpa Bayaran"




Di pagi hari yang cerah, Donny Ahmad Putra bersalaman dengan Ayahnya, Heru untuk berangkat ke sekolah.
“Ayah, aku ke sekolah dulu.” Ujar Donny kepada Heru di ambang pintu kamar Heru. Heru sedang merias diri untuk bekerja.
“Oh iya.. Hati
Hati ya Don! Jangan nakal nakal di sekolah. Ayah menyayangimu.” Ujar Heru sambil melihat Putra semata wayangnya itu dari cerminnya.
Donny-pun berangkat ke sekolahnya. Walaupun cuacanya cerah, tapi tidak dengan suasana hati Donny. Ia merasa malu. Ia malu dengan keadaan hidupnya. Pekerjaan yang ditekuni oleh Ayahnya sejak dulu, bahkan sejak ia belum lahir. Dan juga ibunya telah pergi ke luar kota untuk bekerja. Tapi sampai sekarang belum pernah pulang. Bahkan menurut Donny, Ibunya tak akan pernah kunjung datang kembali. Ia iri dengan teman
temannya. Mereka mempunyai keluarga yang mengasihi mereka dengan segenap hatinya, keluarga yang lengkap, pekerjaan yang keren tidak seperti pekerjaan Ayahnya. Tapi Donny masih merasa sedikit bersyukur karena belum ada temannya yang mengetahui pekerjaan Ayahnya.
Ia sudah sampai di sekolahnya. Ia segera masuk kelas 11-A dengan lunglai, memulai harinya tanpa semangat.

Di lain tempat, Heru mengayuh sepeda ontelnya yang sudah usang, sudah bersamanya selama kurang lebih 20 tahun. Ia mengayuh sepedanya sejauh 2km untuk menuju ke Pasar tempatnya bekerja. Di perjalanannya menuju ke Pasar, banyak orang yang melihatnya. Terutama pakaian yang ia kenakan dan riasan wajahnya. Tapi ia tak merasa risih. Ia melakukannya demi kelangsungan hidupnya. Untuk apa ia merasa malu dan mengurungkan niatnya untuk ke pasar? Daripada tidak bisa melanjutkan hidup, lebih baik seperti ini.
Sesampainya di pasar, ia memarkir sepedanya di tempat kosong, dan mengeluarkan perabotan yang diperlukan untuk pekerjaannya. Memakai rambut palsu keriting berwarna merah di kepalanya, memasang bulatan merah di hidungnya. Dan juga ada sesuatu di balik baju kendurnya sehingga ia terlihat gendut. Ia adalah seorang badut.
Heru bertingkah seperti orang bodoh. Ia memulai aksinya dengan menaruh beberapa kantong plastik.
“Yang mau lihat saya, ambil kantong plastik dulu. Nanti bisa muntah kalau mau lihat saya. Hehee.” Katanya sambil senyum dan agak menggerak
gerakan tubuhnya.
Orang yang awalnya melihatnya, tertarik dan tertawa. Dan menunggu aksi dari Heru selanjutnya.
“Amerika ini memang negara yang maju, ya. Masa’ anak masih umur 4 tahun aja udah bisa ngomong Inggris.. Udah gitu, orang
orang disana tinggi tinggi, banyak yang jadi pemain basket, kayak Michael Jordan.. Saya juga mau ah jadi kayak Michael Jordan. Saya harus latihan main basket dulu.” Lalu Heru mengambil bola basket yang ia pinjam dari anak tetangganya. Ia memantulkannya dengan keras sehingga pantulan yang tinggi itu memukul wajahnya. Ia menengadahkan wajahnya ke atas dan mengelus elus bulatan merah di hidungnya itu. Membuat orang orang yang melihatnya tertawa.
“Kemarin saya nonton di rumah tetangga saya, itu ada iklan minuman isosonik katanya.. Eh Isotonik merknya Maijon, itu orang kok bisa miring kayak gitu, ya? Saya juga mau bisa kayak gitu. Orang lain aja bisa, Saya juga harus bisa.” Lalu ia merapatkan kakinya dan memiringkan tubuhnya ke sebelah kiri. Lalu ia terjatuh.
Orang
orang yang melihatnya tertawa. Lalu Heru segera bangkit dan membenahi rambut palsunya yang acak acakan dan baju polkadot warna warni-nya.
Tak terasa, ia telah melakukan banyak aksinya sampai jam 12 siang. Heru membereskan perabotannya. Ia ingat, hari ini Donny pulang jam 12 karena guru
guru di sekolahnya akan rapat. Ia berniat membuatkan anaknya secangkir teh hangat, Karena ia berfikir pasti anaknya lelah. Lalu ia membeli teh celup 2 bungkus. Saat Heru memasukkan uang kembalian ke kantung bajunya, ia melihat anaknya berjalan bersama seorang temannya dari kejauhan. Anaknya menatap wajahnya. Heru senang dan melambai lambaikan tangannya sambil berteriak.
“Donny!!”
Banyak orang yang mendengar teriakan Heru langsung melihat ke arah dimana Heru melambaikan tangannya. Sontak Donny kaget. Ia ada ke pasar bersama temannya karena Donny dan temannya, Adi hanya ingin membeli telur asin untuk dijadikan cemilan. Adi-pun kaget dan melihat ke arah Donny.
Donny memalingkan tatapan wajahnya. Heru yang awalnya merasa senang melihat ada anaknya, tiba
tiba ekspresinya berubah menjadi sedih. Ia tak mengerti ada apa dengan anaknya. Lalu Heru hanya langsung menuju sepeda ontelnya dan mengayuhnya menuju rumahnya.
“Eh Don.. tu orang siapanya lo? Kok pake baju gituan, pake rambut palsu kayak badut aja. Kok keliatannya seneng banget pas ngeliat lo? Apa jangan
jangan dia Bokap lo?” Tanya Adi.
“Hah? Ya nggak, lah! Mana mungkin gue punya Bokap yang ga tahu malu kek gitu, Kayak boneka jalan aja dandanannya. Kalaupun iya, gue pasti udah menjauh dari orang gituan, lah!” Ucap Donny dengan agak gugup sedikit namun kata
kata yang diucapkannya meyakinkan.
“Beneran? Yaudah deh, gak usah diurus. Yok cabut! Lagipula pasarnya udah mau tutup, telor asinnya pasti udah pada abis.” Ajak Adi sambil mengeluarkan kunci motornya.

Sesampainya di rumah, Adi memberhentikan motornya didepan rumah Donny.
“Thanks ya, Di!” Ujar Donny.
“Oke jeh! “ Jawab Adi.
Donny membuka pintu rumahnya. Adi masih memperhatikannya. Lalu ada sesosok yang memakai baju polkadot warna
warni menyambut Donny. Lalu Donny langsung menyuruh orang itu masuk dan menutup pintu dengan cepat. Adi curiga, apa jangan jangan dia adalah Ayah dari Donny atau bukan? Lalu ia hanya meninggalkan tempat tersebut dengan tanda tanya besar.

“Donny, Ayah buatkan..”
Belum selesai bicara, Donny sudah menuju kamar tidurnya dan membanting pintu kamarnya dengan keras. Heru yang awalnya ingin menyambut anaknya dan membuatkan teh untuknya-pun, tidak tahu harus berbuat apa.

Donny menaruh tas sekolahnya di kasur, dan membanting tubuhnya di kasurnya, menghela nafas panjang, dan membuangnya lewat mulutnya, lalu menutup matanya. Ia tak mengerti. Mengapa ia harus lahir di keluarga yang seperti ini? Bayangan wajah Ibu saja sudah samar
samar teringat di pikiran Donny. Sedangkan Ayah sendiri? Telah membuat dirinya malu dengan pekerjaannya. Apakah tidak ada pekerjaan yang lain? Lalu Donny menghela nafas panjang dan dalam, dan membuangnya lewat mulut dengan gelisah.
Donny bergegas mengganti bajunya. Ia ingin menggoreng telur karena perutnya sudah berteriak dan terasa menerkam organ tubuhnya yang lain. Setelah berganti baju, ia keluar dan melihat Ayahnya sudah berganti baju biasa dengan teh di meja dan sepiring telur dengan nasi.
Dengan malas, Donny duduk di tempat duduk yang ada dan mengambil sendok, lalu memakan telur itu.
“Kamu pasti lelah, ya? Ini sudah Ayah buatkan telur dan teh untukmu. Telurnya tinggal satu, Nasinya tinggal sedikit. Maaf nasinya agak keras. Lagipula Ayah juga tidak lapar, kok. Makanlah.”
Donny hanya melanjutkan makannya dan meminum teh.
“Kamu tadi di sekolah bagaimana?” Tanya Heru.
Donny tak menjawab. Ia tetap melanjutkan makan.
“Tadi Ayah menyapamu, tapi tak kau hiraukan sapaan Ayah. Ada apa?”
Donny tetap tak menjawab. Ia mengambil nasi dengan sendok dan memotong telur memakai sendok dengan keras sehingga menimbulkan suara yang keras pula.
“Don..” Belum selesai Heru bicara, Donny langsung membanting sendok.
“KARENA AKU MALU! AKU MALU MEMPUNYAI AYAH SEORANG YANG BERTINGKAH BODOH DIDEPAN ORANG LAIN!” Teriak Donny membentak kepada Ayahnya.
Heru terbelalak. Tak bisa berkata apa
apa.
“Aku lelah, Yah! Apakah Ayah tidak bisa menekuni pekerjaan lain? Dandanan Ayah yang sangat memalukan, perbuatan bodoh Ayah yang sangat memalukan! KAU ADALAH MIMPI TERBURUKKU!!” Lalu Donny masuk ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya.
Heru sangat kaget. Ia tak mampu mengatakan apa
apa. Air matanya menetes. Ia tak ingin membuat anaknya kecewa dengannya. Heru merasa bersalah pada anaknya. Ia menjadi ingat kenangan kenangannya bersama Donny saat Donny masih kecil.
“Don, kalau besar kamu mau jadi apa?”
“Aku.. Ingin menjadi  pemain basket handa!! Seperti Michael Jordan yang ada di tv itu pa!!” Kata Donny sambil menunjuk TV yang menayangkan tayangan Michael Jordan dengan tulisan Michael Jordan di sana.
“Michael.. Jordan?”
“Michael Jordan, Yah. Ngomongnya Maykel Jordan!”
“Oh.. Hahaha..
 Maafkan Ayah, Ayah terlalu ndeso.”
“Ah Ayah jangan begitu ah! Hahahaa.”


Donny menangis sebisanya. Ia sangat malu. Bagaimana jika Adi curiga dan yakin bahwa Badut itu adalah Ayahnya dan memberitahukan kepada seluruh seisi sekolah? Apakah ia akan dijauhi oleh semua orang di sekolahnya? Ia tak tahu. Donny-pun tertidur.

Esoknya, Donny langsung pergi ke sekolahnya tanpa ijin kepada Ayahnya. Saat di kelasnya, Banyak yang bergerombol membaca sesuatu. Donny berjalan menuju bangkunya dan sedikit membanting tas-nya di bangkunya. Teman
temannya yang mendengar suara bantingan tas itupun melihat ke arah suara berasal. Dan mulai membisikkan sesuatu satu sama lain. Donny bingung.
“Ada apa?” Tanyanya.
“Ehem.. Lu.. baca sendiri deh. Ada yang aneh kagak?” Ucap Irfan sambil memberi koran yang halaman utamanya berisikan suatu artikel yang tertulis ; “KECELAKAAN MAUT MALAM HARI.” Dan tertera gambar mobil hitam yang sudah rusak parah. Ia membaca isi artikel koran tersebut.

“Kecelakaan Maut terjadi pada Selasa malam, 13 Mei 2014 di jalan Teh Poci, Yaburasa, kemarin malam. Kejadian terjadi diperkirakan sekitar jam 23.40 malam. Pada saat itu, jalanan sudah sangat sepi. Korban diketahui bernama Bobby (44) dan Lisa (41) Hasil otopsi mengatakan bahwa Bobby yang menjadi penyetir dan Lisa yang duduk disampingnya ini mengendarai mobil dengan mabuk berat. Konsentrasi penyetir mobil-pun hilang dan kecepatan serta alur mobil pun tak terkendali sehingga menabrak tiang listrik dan sempat terbakar. Seseorang pengendara motor yang lewatpun segera menelepon polisi dan pemadam kebakaran. Setelah api dipadamkan, Polisi menemukan dompet Lisa yang berisi uang 100 ribu-an dan foto 3 orang, Perempuan, laki laki, dan bayi laki laki. Perempuan di foto tersebut, tertulis ; “Kelahiran anakku Donny Ahmad Putra, 3 April 1992.” Perempuan di foto tersebut diduga adalah Lisa, Dan lelaki yang ada di foto tersebut diduga bukan Bobby, melainkan suami Lisa. Dan di dompet Lisa, ditemukan kartu tempat bar bernama Rose Bar dimana tempat itu ternyata adalah tempat kerja Lisa. Baca selanjutnya di halaman 9.”

Donny terbelalak. Donny Ahmad Putra adalah nama lengkapnya, dan ia lahir pada 3 April 1992.
“Dia.. Ehm... Apa.. Nyokap lo?” Tanya Irfan pada Donny.
Donny tak mengatakan apapun. Ia langsung mengambil tas-nya dan langsung pulang tanpa izin, meninggalkan teman
temannya yang heran dan tak percaya.

Donny memasuki rumahnya dan duduk di ruang tamu.
“Lho, Don? Kok nggak sekolah?” Tanya Heru yang sedang duduk
duduk di ruang tamu.
Donny diam saja, lalu berbicara.
“Ayah.. Tidak mendengar beritanya? Kecelakaan maut kemarin malam..” Ujar Donny.
Heru diam sejenak, menghela nafas panjang dan membuangnya.
“Ya, Ayah dengar.”
“Apakah.. Korban wanita itu.. Adalah.. Ibu?”
Heru diam tak membalas.
“Katakan padaku Ya atau Tidak.” Ujar Donny menahan amarah.
“Sebenarnya.. Ya.”
“Cih...” Ujar Donny muak.
“Aku tak percaya.. Aku sudah menduga bahwa Ibu tak akan pernah pulang. Aku tak tahu pekerjaan apa yang ia lakoni. Nyatanya, ia bekerja di sebuah bar malam.”
Heru tak menjawab.
“Aku sudah muak. Ternyata Orang tua-ku sendiri adalah Mimpi burukku. Aku benci kau dan juga.. Lisa.” Ujar Donny sambil meninggalkan rumah.
Heru meneteskan air mata. Ia juga tidak percaya jika Lisa melakoni pekerjaan seperti itu.

Donny berjalan ke sebuah sawah, melihat para pekerja yang sedang bekerja. Ia berjalan
jalan, lalu menemukan sebuah gubuk kecil yang kosong. Ia beristirahat disana. Lalu tanpa sadar ia tertidur.

Donny terbangun, ia berada di suatu jalan pada malam hari, tidak ada siapapun. Tiba
tiba terdengar suatu suara mesin mobil yang keras, melaju dengan sangat cepat. Lalu tiba tiba mobil itu melenceng dan menabrak tiang listrik yang jaraknya tidak jauh dari tempat dimana Donny berdiri. Tidak lama, mobil itu terbakar. Donny kaget. Lalu Ia melihat pengendara motor yang lewat melihat kejadian tersebut dan menelepon polisi dan pemadam kebakaran dengan paniknya. Setelah polisi dan pemadam kabakaran hadir, lalu api berhasil dipadamkan. Donny berjalan menuju mobil tersebut. Para polisi dan pemadam kebakaran mengizinkannya melihat. Ia melihat dompet coklat tua yang digenggam oleh korban perempuan. Donny mengambil sapu tangan dari polisi dan mengambil dompet tersebut. Dompet tersebut tertuliskan ; “Kelahiran anakku Donny Ahmad Putra, 3 April 1992.” Donny kaget dan terbelalak. Lalu secara tiba tiba, ia ada di rumahnya dan ia mendengar suatu tangisan. Suara yang familiar baginya. Ia berjalan menuju arah suara berasal. Ia melihat Ayahnya menulis sebuah surat dengan tangisan. Tak lama kemudian, tangannya bergetar, dan kepalanya jatuh di meja, dan tak bergerak lagi. Donny kaget lalu berlari menuju Ayahnya. Tapi entah mengapa, Jarak antara Donny dan Ayahnya menjadi semakin menjauh.  Donny hanya menangis dan berhenti mengejar Ayahnya.

Donny terbangun dengan peluh keringat dan ia menangis. Ternyata hanya mimpi. Matahari sudah hampir tak menunjukkan dirinya. Buru buru disekanya tangisan dan keringatnya. Firasatnya tidak enak. Ia lalu berlari menuju rumahnya.
Ia berlari, dan mendengar suara motor melewatinya.
“HEI DASAR ANAK BADUT PELACUR!!” Ternyata itu adalah Adi dan Irfan yang meniki motor, lalu mereka tertawa setelah mengatakan itu. Tapi Donny tak menghiraukan ejekan mereka. Ia hanya terfokus dengan keadaan Ayahnya.
Sesampainya Donny di rumah, ia tak mendengar suara tangisan. Ia mulai merasa tenang. Dipanggilnya Ayahnya.
“Ayah?”
Tak ada jawaban.
“Ayah?!” Donny mulai panik.
Masih tidak ada jawaban. Donny langsung berlari ke kamar tidur Ayahnya. Dilihatnya Ayahnya tertidur di meja tulis. Dengan perlahan, Donny menggoyangkan tubuh Ayahnya. Sama sekali tak bergerak. Air mata Donny mulai mengalir.
“Ayah? Jawab aku..” Air mata Donny-pun menetes.
“AYAH!!!!!!!!!” Donny melihat ada sepucuk surat. Ia mengambil dengan perlahan lalu membacanya.

“Don, Ayah senang melihatmu tumbuh menjadi anak yang kuat, pintar dan tangguh. Ayah sangat menyayangimu. Sejak Ayah menikah dengan Ibumu, Ayah mulai bekerja dengan giat. Awalnya, Ayah menjadi pembuat Sandal. Tapi Ayah rugi. Lalu Ayah mulai mencoba menjadi seseorang yang mempermalukan dirinya sendiri demi tawaan orang lain, mempermalukan dirinya sendiri demi uang, mempermalukan diri sendiri demi kelangsungan hidup. Saat kamu lahir, Ayah senang bukan kepalang. Ayah yang memberikanmu nama Donny Ahmad Putra. Saat kamu sekolah di TK, Ibumu memutuskan untuk keluar kota untuk bekerja. Dan sampai sekarang, tak memberi kabar apapun. Sampai akhirnya Ayah tahu apa yang terjadi dengan Ibumu. Ayah sangat merasa bersalah. Sudah lama Ayah merasa sakit. Tapi selalu rasa sakit Ayah hilang saat melihat senyumanmu. Awalnya Ayah ingin mencoba berobat. Tapi Ayah urungkan niat itu. Ayah menabung untukmu. Jadilah pemain basket handal, yang lebih handal dari Michael Jordan itu. Dan buktikan pada teman
temanmu kalau latar belakang kehidupan tidak masalah, Karena kegagalan bukanlah sebuah pilihan. Semua orang berhak untuk sukses. Sekarang, Ayah dan Ibu tak akan menjadi mimpi burukmu lagi. Karena Ayah dan Ibu tak ada di hadapanmu lagi sekarang. Jadilah anak yang baik. Maafkan Ayah karena tak bisa hadir dalam acara pernikahanmu saat kau sudah besar nanti. Maafkan Ayah karena kau tidak bisa memperkenalkan Calon Istrimu pada Ayah nanti. Ayah sudah menabung untukmu. Carilah pekerjaan untukmu. Maafkan Ayah jika tabungan dari Ayah sama sekali kurang. Terimakasih karena telah menunjukkan senyummu kepada Ayah. Terimakasih karena telah menunjukkan canda tawamu pada Ayah. Dan terimakasih karena telah memberikan kebahagiaan pada Ayah. Ayah mencintaimu.

Donny menangis. Di sebelah surat tersebut, ada sebuah kaleng biskuit yang lumayan besar. Ia membukanya. Isiya adalah uang recehan. Ia menangis. Dan ia memeluk Ayahnya.


Beberapa hari telah berlalu. Dokter berkata bahwa Ayahnya menderita Kanker Otak Stadium 4.  Kondisinya sudah sangat parah. Tapi masih memaksakan untuk mengayuh sepeda sejauh 2km. Sehingga tubuhnya melemah dan akhirnya hidupnya berakhir. Tak terlalu banyak orang yang menghadiri makam Ayahnya. Hanya ada Donny, tetangga
tetangganya, dan penjual penjual yang ada di Pasar. Setelah semua orang pergi, Tinggallah Donny sendirian.
Donny merenung melihat Batu Nisan Ayahnya dan mengelusnya.

“Ayah.. Terimakasih, Yah. Maafkan aku selalu bertindak kurang ajar teradap Ayah. Maaf jika aku tak pernah membuat Ayah bangga. Maaf kalau aku seperti bagaikan menjadi beban bagi Ayah. Aku janji, akan menjadi Pemain basket yang lebih handal dari Michael Jordan. Dan aku janji. Terimakasih, Ayah.” Lalu Donny meninggalkan makam Ayahnya, dan memulai hidup yang baru.

***

Selesaaii~~~menurut kalian, gimana? Kasih saran, yah^^ Thanks for reading! God Bless You ;)